Jumat, 16 Januari 2015

Tugas 4 Sistem Informasi Manajemen

1.   Sebutkan dan jelaskan Properti Sistem yang memberikan Keamanan untuk sebuah system !
Jawabannnya :
a.   Integritas Fungsional
Kemampuan untuk melanjutkan operasi jika salah satu / lebih komponen tidak Berfungsi
b.   Audibilitas (Kemampuan dapat terdengar)
Mudah untuk diperiksa, diverifikasi atau didemonstrasikan penampilannya berarti harus lulus dalam pengujian Accountability & Visibility
c.   Daya kontrol
Penghambatan pengaruh terhadap sistem yaitu dengan membagi system menjadi subsistem yang menangani transaksi secara terpisah

2.  Komputer yang ada dalam jaringan memberikan peluang resiko keamanan yang lebih besar daripada komputer yang ada didalam suatu ruangan. Sebut dan jelaskan Area control untuk komunikasi data !
Jawabannya :
Komunikasi Data (Data Communication) Komputer yang ada dalam jaringan memberikan peluang resiko keamanan yang lebih besar dari pada komputer yang ada didalam suatu ruangan. Area kontrol ini terdiri dari:
·         Kontrol pengiriman pesan
·         Kontrol saluran (channel) komunikasi
·         Kontrol penerimaan pesan
·         Rencana pengamanan datacom secara menyeluruh

3.  Prototype dapat memberikan ide bagi pembuat dan pemakai potensial tentang cara sistem berfungsi dalam bentuk lengkapnya, proses akan menghasilkan prototype (prototyping), Sebut dan Jelaskan jenis – jenis prototype !
Jawabannya:
Prototype jenis 1 Mengidentifikasi kebutuhan pemakai. Mengembangkan prototipe. Menentukan apakah prototipe dapat diterima. Menggunakan prototipe.Prototipe jenis 2 merupakan suatu model yang dapat dibuang yang berfungsi sebagai alat cetak biru bagi sistem operasional. Pendekatan ini dilakukan jika prototipe tersebut hanya dimaksudkan untuk tampilan seperti sistem operasional dan tidak dimaksudkan untuk memuat semua elemen penting.
Tiga langkah pertama dalam pengembangan prototipe jenis 2 sama seperti untuk prototipe jenis 1. Langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:
·         Mengkodekan sistem operasional.
·         Menguji sistem operasional.
·         Menentukan jika sistem operasional dapat diterima.
·         Menggunakan sistem operasional.

4.  Sebut dan Jelaskan sumber daya informasi perusahaan !
Jawabannya :
Macam-macam Sumber Daya Informasi :
a.   HARDWARE (PERANGKAT KERAS), merupakan element dari sistem computer. Merupakan perangkat yang dapat lihat dan dapat sentuh secara fisik, seperti perangkat masukan, perangkat pemroses, maupun perangkat keluaran.
b.   SOFTWARE (PERANGKAT LUNAK), merupakan sekumpulan perintah yang dijalankan (atau dieskusi) oleh komputer. Program komputer ini terdiri dari susunan logika untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu di komputer. Melibatkan berbagai komponen dalam computer, seperti system operasi, program, dan data yang disimpan atau dibaca. Logika yang ada dalam perangkat lunak tersebut disusun sedemikian rupa sehingga computer dapat memahami dan menjalankan instruksi yang terkandung didalamnya.
c.   SPESIALIS INFORMASI, untuk mengambarkan pegawai perusahaan yang sepenuh waktu bertanggung jawab mengembangkan dan memelihara system berbasis komputer.
d.   PEMAKAI (MANUSIA), End user sinonim dengan pemakai, ia menggunakan produk akhir suatu sistem berbasis komputer. Jadi, end-user computing (EUC) adalah pengembangan seluruh atau sebagian sistem berbasis komputer oleh para pemakai.
e.   FASILITAS (MESIN), merupakan sumber daya untuk menyimpan dan mendukung sisem informasi, contohnya teknologi informasi. Dengan menggunakan fasilitas yang ada untuk menyimpan dan mendukung sumber daya tersebut.
f.   DATABASE, adalah kumpulan dari berbagai data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Basis data tersimpan di perangkat keras, serta dimanipulasi dengan menggunakan perangkat lunak. Pendefinisian basis data meliputi spesifikasi dari tipe data, struktur dan batasan dari data atau informasi yang akan disimpan. Database merupakan salah satu komponen yang penting dalam sistem informasi, karena merupakan basis dalam menyediakan informasi pada para pengguna atau user.
g.   INFORMASI, adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata. Atau data adalah representasi dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti manusia (pegawai, mahasiswa, pelanggan), hewan, peristiwa, konsep, keadaan, dll, yang direkam dalam bentuk angka, huruf, symbol, teks, gambar, bunyi atau kombinasinya.

5.  Sebut dan jelaskan 6 tahap dasar untuk mencapai manajemen mutu !
Jawabannya :
Tahapan – tahapannya :
1.   Mengidentifikasikan pelanggan IS
2.  Menentukan kebutuhan kualitas
3.  Menetapkan metrik kualitas
4.  Menentukan strategi kualitas IS
5.  Menerapkan program kualitas IS
6.  Memantau kinerja kualitas IS



Sumber :


Sistem Informasi Manajemen (penulisan)



PENGARUH TEMPAT KERJA TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) PADA KARYAWAN PABRIK ROKOK DI MALANG


                                                               Salvyyah Agustin        
D3-Teknologi Informasi / Manajemen Informatika


 




ABSTRAK
Industri rokok merupakan penyumbang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) akibat kerja terbanyak, hal ini terjadi karena paparan debu tembakau (tembakau kering tanpa pembakaran) pada pekerja industri rokok. Penelitian menggunakan desain epidemiologik non eksperimental dengan studi cross sectional terhadap 40 pekerja. Analisa data dengan tehnik Chi-square alfa ,05 dan Rasio Prevalensi. Hasil penelitian menunjukkan lokasi tempat kerja berpengaruh terhadap kejadian PPOK pada karyawan pabrik rokok (p value < 0,05, RP > 1). Untuk mengurangi kejadian PPOK, disarankan agar para pabrik rokok dapat meningkatkan pengelolaan manejemen kesehatan tempat kerja, terutama dalam pemenuhan syarat kesehatan tempat kerja. Selain itu disarankan bagi para pekerja untuk memakai alat pelindung diri misalkan masker selama  berada di area industri dan segera malakukan pemeriksaan diri ke dokter atau petugas kesehatan lain agar segera mendapatkan pengobatan jika telah menunjukkan tanda dan gejala PPOK.
Kata kunci: lokasi tempat kerja, penyakit paru obstruksi kronik, pabrik rokok.

PENDAHULUAN

Penyakit akibat kerja dapat berhubungan dengan faktor- faktor kerja baik faktor resiko karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja, material yang dipakai, proses produksi, cara kerja, limbah perusahaan dan hasil produksi (Haryono, 2004) Insiden penyakit kebanyakan disebabkan oleh debu mineral, sehingga menyebabkan penyakit paru obstruksi kronik. Menurut International Labor Organisation (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit yang akibat kerja. Sedangkan menurut survey NHANES yang melibatkan 10.000 orang dewasa 30-75 tahun menunjukkan bahwa PPOK disebabkan oleh kerja adalah 19,2% secara keseluruhan (Wiwin, 2007 ). Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) tahun 1990 menempati urutan ke-6 di Indonesia sebagai penyebab kematian, tahun 2002 sudah menempati urutan ke-3  (Juanita, 2004). Organisasi kesehatan dunia memprediksi bahwa tahun 2020 angka kejadian PPOK akan meningkat dari posisi 12 sebagai penyakit terbanyak didunia menjadi peringkat 5 dan dari posisi 6 sebagai penyebab kematian terbanyak menjadi posisi ke-3 (Wiwin, 2007).
                  Meningkatnya kejadian PPOK akibat kerja tidak terlepas dari peran pabrik industri. Industri rokok pada khususnya merupakan penyumbang PPOK akibat kerja terbanyak. Rata-rata industri rokok di Indonesia memproduksi rokok dengan kadar 3-4 mg nikotin dan sekitar 45 mg tar (Naiswati, 1999), padahal menurut aturan kandungan nikotin maksimal adalah 1,5 mg dan tar 20 mg (PP No.81 tahun 1999). Beberapa hal yang memperparah kejadian PPOK di industri rokok antara lain: belum adanya regulasi yang mengendalikan dampak produk tembakau bagi kesehatan, kurangnya kepedulian penggunaan alat kesehatan, seperti masker ataupun sarung tangan.


METODE PENELITIAN

                Penelitian ini adalah Mengidentifikasi pengaruh lokasi tempat kerja (berdasarkan syarat kesehatan tempat kerja)  terhadap kejadian PPOK pada karyawan pabrik rokok. Pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yang merupakan rancangan penelitian epidemiologik non eksperimental. Varibel penelitian independen adalah tempat kerja meliputi bagian penggelintingan dan pengepakan sedangkan, sedangkan variabel dependen kejadian PPOK. Sampel pada penelitian ini adalah karyawan teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah quota sampling. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan ratio prevalensi dan uji chi square.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada data umum penelitian ini meliputi karakteristik responden berdasarkan: usia, jenis pekerjaan, lama bekerja, dan riwayat penyakit, seperti pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Jenis Pekerjaan, dan   
               lama bekerja tahun 2008

No
Karakteristik
Frekuensi
Prosentase
1

Usia :
- 33 – 39 tahun
- 40 – 46 tahun
- 47 – 53 tahun
- 54 – 60 tahun

23 orang
9 orang
5 orang
3 orang

75,5%
22,5%
12,5%
7,5%
2
Jenis pekerjaan :
- Pengelintingan
- Pengepakan

20 orang
20 orang

50%
50%
3
Lama bekerja
Pengelintingan
Pengepakan

- 21- 22 tahun
- 23- 24 tahun
- 25- 26 tahun
- 27- 27 tahun
- 29- 30 tahun
         10
          4
          1
         3
         2
25%
10%
2,5%
7,5%
2,5%
       9
       5
       3
       2
       1
   22,5%
   12,5%
     7,5%
        5%
     2,5%







Dari tabel 1 di atas bisa didapatkan hasil bahwa dari 40 responden yang berusia 33-39 tahun sebanyak 23 orang (75,5%) adalah kelompok yang paling banyak yakni lebih setengah jumlah responden, sedangkan yang berusia 54-40 tahun sebanyak 3 orang yakni kelompok yang paling sedikit dari jumlah responden yang bekerja di pabrik rokok tempat dilakukanya penelitian. Jika dilihat dari berapa lama responden bekerja, yang sudah bekerja selama 21-22 tahun baik di bagian pengelintingan maupun pengepakan merupakan jumlah responden yang paling banyak, sedangkan yang paling sedikit adalah yang sudah bekerja selama 29-30 tahun, yakni 2 orang di bagian pengelintingan dan 1 orang di bagian pengepakan. Lama bekerja berkorelasi positif dengan intensitas terpaparnya zat-zat polutan berbahaya. Barbara (1996) mengatakan adanya polusi udara dari debu dan bahan kimia okupasi hingga mengganggu pernapasan yang berasal dari bahan produksi (tembakau) pada fase partikulat (tembakau kering tanpa pembakaran). Dimana debu dan bahan kimia okupasi tersebut jika terinhalasi akan menyebabkan alveoli meradang, peningkatan sel darah putih, sehingga menyebabkan alveoli terisi cairan. Jika pemaparan sering dan kadar debu tinggi maka gejala akan timbul lebih besar, dan jika tidak diobati akan berkembang menjadi kronis, sehingga dalam waktu 20-30 tahun dapat menimbulkan fibrosis dan berlanjut pada terjadinya PPOK

Tabel 2: Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit,
              tahun 2008
No
Karakteristik
Frekuensi
%
1

2
3

4

5

6
7

8

9
10
Menderita batuk berdahak min 30 bulan setahunya, sekurangnya 2 tahun beruntun.
Mempunyai riwayat merokok
Terpajan langsung dengan bahan produk (tembakau)
Mempunyai keluarga dengan riwayat bronkitis dan emficema
Sering mengalami sesak napas saat aktivitas sedang (jalan cepat, naik tangga)
Pernah merasa dada terasa berat saat bernafas
Pernah merasa sesak atau nafas sulit bahkan pada saat istirahat.
Pernah merasa sesak nafas menetap dan makin lama makin berat
Batuk selalu berdahak atau beriak
Pernah memeriksakan diri ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan baik umum maupun yang ada di perusahaan dan positif dinyatakan penderita PPOK (bronkhitis kronik, emfisema)
6 org

0 org
20 org

7 org

9 org

10 org
6 org

20 org

11 org
13 org
15%

0%
50%

17,5%

22,5%

25%
15%

5%

27,5%
32,5%

Dari table 2 di atas didapatkan hasil bahwa dari 40 responden sebanyak 6 orang (15%) menderita batuk berdahak min 36 bulan setahunnya sekurangnya 2 tahun beruntun, 9 orang (22,5%) sering mengalami sesak dada terasa berat saat bernapas dan 6 orang (15%) merasa sesak bahkan pada saat istirahat, namun hanya 7 orang (17,5%) yang mempunyai keluarga dengan riwayat bronchitis dan emfisema dan 13 orang (32,5%) yang pernah memeriksakan diri ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan dan positif dinyatakan penderita PPOK. Gejala-gejala seperti tabel diatas menunjukkan bahwa PPOK ditandai dengan keterbatasan saluran napas yang kronis dan beberapa perubahan bahan patologis pada paru, gangguan ekstrapulmonari (Ethical digest, 2007). Juanita (2004) menambahkan bahwa peradangan saluran napas kronis ditandai dengan batuk minimal tiga bulan dalam setahun, sekurang-kurangannya dua tahun berturut-turut merupakan gejala dari PPOK.

Tabel 3. Pengaruh Pemenuhan Syarat Kesehatan Tempat Kerja Dengan Kejadian PPOK Pada     
              Karyawan Pabrik Rokok Tahun 2008.

Variabel
X2 hitung
X2 Tabel
Ratio Relatif
Keterangan
Independent
Tempat kerja
-     Bagian pengelintingan
-     Bagian verpack
Dependent
-     Menderita PPOK
-     Tidak menderita PPOK

5,56

3,84

3,3
-    X2 hitung > X2 tabel Ho di tolak
-    Ratio Prevalensi rp  > 1 maka variabel bebas merupakan faktor resiko

Dari tabel 3 didapatkan, ratio relatif rp>1 yakni rr = 3,3. Dan dengan uji Chi Square X2 hitung >X2 tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa lokasi tempat kerja (berdasarkan syarat kesehatan tempat kerja) berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian PPOK pada karyawan pabrik rokok. Pada pabrik rokok”X” di Malang khususnya dibagian pengelintingan menunjukkan:1) Alat pendingin ruangan (air conditioner) alat penyejuk ruangan dan penghilang debu dan bau-bauan yang kurang memadai, 2) Pertukaran udara dan ventilasi kurang baik dimana dalam ruangan sebesar 30x40 terdapat pekerja sebesar 300 pekerja, padahal seharusnya setiap pekerja minimal mendapatkan 10 m3 ruang udara. Dengan tidak terpenuhinya syarat kesehatan tempat kerja terutama ventilasi dan penyehatan udara ruangan pada kebayakan industri rokok dapat menyebabkan tejadinya kerusakan paru seperti PPOK pada karyawanya akibat terinhalasi selama bekerja (Naiswati,1999). Maka hal itu sesuai dengan hasil analisa data yang menggunakan uji Chi Square  dimana X2 hitung > X2 tabel maka Ho ditolak, dan dengan ratio prevalensi rp>1 maka dapat disimpulkan bahwa lokasi tempat kerja (berdasarkan syarat kesehatan tempat kerja) berpengaruh terhadap kejadian PPOK pada karyawan pabrik rokok.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh lokasi tempat kerja dengan kejadian PPOK pada karyawan pabrik rokok (p value < 0,05, RP > 1). Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1.   Perusahaan pabrik rokok “X” di Malang dapat mencegah timbulnya Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) dengan meningkatkan pengelolaan manajemen kesehatan tempat kerja, terutama dalam pemenuhan syarat kesehatan tempat kerja dengan menunjuk personil yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang diterapkan.
2.   Bagi pekerja yang telah menunjukkan gejala PPOK untuk memeriksakan diri ke dokter atau petugas kesehatan lain agar segera mendapatkan pengobatan  dan rehabilitasi.
3.   Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa lokasi tempat kerja berpengaruh terhadap terjadinya PPOK pada karyawan pabrik rokok, namun itu bukan merupakan faktor utama penyebab PPOK, maka hendaknya para pekerja dapat mencegah adanya faktor lain seperti: Menghindari polutan ( debu dan bahan kimia okupasi) dengan memakai masker saat bekerja, menciptakan lingkungan rumah yang sehat, memenuhi kebutuhan cairan tubuh, serta meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara meningkatkan status gizi.


DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2000. Kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid 1. Media Aesculapius: Jakarta
Arikunto. 2006. Prosedur penelitian edisi revisi VI. PT Asdi Mahasatya: Jakarta
Barbara. 1996. Perawatan medical bedah volume 2. Yayasan APK: Bandung
Brunner dan Suddart. 2002. Keperawatan medical bedah edisi 8 volume 1. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta
Jurnal farmasi dan kedokteran. 2007. Ethical digest
Naiswati. 1999. Kebijakan cukai rokok jangan tergantung pada lobi. Bisnis Indonesia: Jakarta
Notoadmojo. 2003. Ilmu kesehatan masyarakat. PT Asdi Mahasatya: Jakarta
Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Salemba medika: Jakarta
Rosemary. 1999. Manajemen pelayanan kesehatan praktis. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta
Wiyono. 2002. Manajemen ilmu pelayanan kesehatan volume 2. Erlangga University Press: Surabaya