PROVINSI JAWA BARAT
Sejarah
Temuan arkeologi di Anyer menunjukkan adanya budaya
logam perunggu dan besi sejak sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat
prasejarah zaman buni (Bekasi kuna) bisa ditemukan merentang dari Anyer sampai
Cirebon. Jawa Barat pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara.Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak tersebar di Jawa Barat. Ada
tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa
India) dan bahasa Sansakerta yang sebagian besar menceritakan para raja
Tarumanagara.
Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara, kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Kali Serayu dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda.Salah satu prasasti dari zaman
Kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun 932.
Kerajaan Sunda beribukota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor).
Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi
saingan ekonomi dan politik Kerajaan Sunda. Pelabuhan Cerbon (kelak menjadi Kota Cirebon) lepas dari Kerajaan Sunda karena
pengaruh Kesultanan Demak. Pelabuhan ini kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Cirebon
yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan
Kesultanan Cirebon dan kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Banten.
Untuk menghadapi ancaman ini, Sri Baduga Maharaja,
raja Sunda saat itu, meminta putranya, Surawisesa untuk membuat perjanjian pertahanan
keamanan dengan orang Portugis di Malaka untuk mencegah jatuhnya pelabuhan utama, yaitu Sunda Kalapa (sekarang Jakarta) kepada
Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak. Pada saat Surawisesa menjadi raja Sunda, dengan gelar
Prabu Surawisesa Jayaperkosa, dibuatlah perjanjian pertahanan keamanan
Sunda-Portugis, yang ditandai dengan Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal, ditandatangani dalam tahun 1512. Sebagai imbalannya,
Portugis diberi akses untuk membangun benteng dan gudang di Sunda Kalapa serta
akses untuk perdagangan di sana. Untuk merealisasikan perjanjian pertahanan
keamanan tersebut, pada tahun 1522 didirikan suatu monumen batu yang disebut padrĂ£o
di tepi Ci Liwung.
Meskipun perjanjian pertahanan keamanan dengan
Portugis telah dibuat, pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena pada tahun
1527 pasukan aliansi Cirebon - Demak, dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan
menyerang dan menaklukkan pelabuhan Sunda Kalapa. Perang antara Kerajaan Sunda
dan aliansi Cirebon - Demak berlangsung lima tahun sampai akhirnya pada tahun
1531 dibuat suatu perjanjian damai antara Prabu Surawisesa dengan Sunan Gunung Jati dari
Kesultanan Cirebon.
Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja
Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar
dibawah tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak
dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran (ibukota Kerajaan Sunda), dan akhirnya
jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan Banten,
wilayah Priangan (Jawa Barat bagian tenggara) jatuh ke tangan Kesultanan Mataram.
Jawa Barat sebagai pengertian administratif mulai
digunakan pada tahun 1925 ketika Pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat.
Pembentukan provinsi itu sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun
1922, yang membagi Hindia Belanda atas
kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah Soendalanden
(Tatar Soenda) atau Pasoendan, sebagai istilah geografi untuk menyebut bagian Pulau Jawa di sebelah barat Sungai Cilosari
dan Citanduy yang sebagian besar dihuni oleh penduduk yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.
Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi
Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi
Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan
Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for
Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB.
Perekonomian
Jawa Barat selama lebih dari tiga dekade telah
mengalami perkembangan ekonomi yang pesat. Saat ini peningkatan ekonomi modern
ditandai dengan peningkatan pada sektor manufaktur dan jasa. Disamping
perkembangan sosial dan infrastruktur, sektor manufaktur terhitung terbesar
dalam memberikan kontribusinya melalui investasi, hampir tigaperempat dari
industri-industri manufaktur non minyak berpusat di sekitar Jawa Barat.PDRB
Jawa Barat pada tahun 2003 mencapai Rp.231.764 miliar (US$ 27.26 Billion)
menyumbang 14-15 persen dari total PDB nasional, angka tertinggi bagi sebuah
Provinsi. Bagaimanapun juga karena jumlah penduduk yang besar, PDB per kapita
Jawa Barat adalah Rp. 5.476.034 (US$644.24) termasuk minyak dan gas, ini
menggambarkan 82,4 persen dan 86,1 persen dari rata-rata nasional. Pertumbuhan
ekonomi tahun 2003 adalah 4,21 persen termasuk minyak dan gas 4,91 persen
termasuk minyak dan gas, lebih baik dari Indonesia secara keseluruhan. (US$1 =
Rp. 8.500,-).
Geografi
Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Banten dan DKI Jakarta di barat.
Kawasan pantai utara merupakan dataran rendah. Di
bagian tengah merupakan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian pegunungan yang
membujur dari barat hingga timur Pulau Jawa. Titik tertingginya adalah Gunung Ciremay, yang berada di sebelah barat daya Kota Cirebon. Sungai-sungai yang cukup penting
adalah Sungai Citarum
dan Sungai Cimanuk,
yang bermuara di Laut Jawa.
Penduduk
Mayoritas penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda, yang bertutur menggunakan Bahasa Sunda. Di Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan
dituturkan bahasa Cirebon
yang mirip dengan Bahasa Banyumasan dialek Brebes. Di Kabupaten Indramayu
menggunakan bahasa Cirebon
dialek Indramayu atau dikenal dengan dermayon dan beberapa kecamatan
yang terletak di pantai utara kabupaten Subang dan Kabupaten Karawang
seperti Cilamaya Wetan,
Cilamaya Kulon dan Pedes (Cemara) menggunakan bahasa Cirebon yang hampir mirip dengan bahasa
Cirebon dialek dermayon. Di daerah perbatasan dengan DKI Jakarta seperti sebagian Kota Bekasi, Kecamatan Tarumajaya dan Babelan (Kabupaten Bekasi) dan Kota Depok bagian utara dituturkan bahasa Melayu dialek Betawi. Jawa Barat
merupakan wilayah berkarakteristik kontras dengan dua identitas; masyarakat
urban yang sebagian besar tinggal di wilayah Jabodetabek (sekitar Jakarta) dan masyarakat tradisional yang
hidup di pedesaan yang tersisa.Pada tahun 2002, populasi Jawa Barat mencapai
37.548.565 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 1.033 jika/km persegi.
Dibandingkan dengan angka pertumbuhan nasional (2,14% per tahun), Provinsi Jawa
Barat menduduki peringkat terendah, dengan 2,02% per tahun.
Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan
kembali. Sejumlah stasiun televisi dan radio lokal kembali menggunakan bahasa
daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama berita dan
talk show, misalnya Bandung TV memiliki
program berita menggunakan Bahasa Sunda serta Cirebon Radio yang
menggunakan ragam Bahasa Cirebon Bagongan maupun Bebasan. Begitu pula dengan media massa cetak yang
menggunakan bahasa sunda, seperti majalah Manglé dan majalah Bina Da'wah yang
diterbitkan oleh Dewan Da'wah Jawa Barat.
Iklim
Iklim di
Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9 °C di Puncak Gunung Pangrango dan
34 °C di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di
beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun.
Topografi
Ciri utama
daratan Jawa Barat adalah bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif dan
tidak aktif) yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara
Pulau Sulawesi. Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di
selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah
lereng bukit yang landai di tengah ketinggian 100 1.500 m dpl, wilayah dataran
luas di utara ketinggian 0 . 10 m dpl, dan wilayah aliran sungai.
Demografi
Peta kota dan kabupaten di Provinsi
Jawa Barat berdasarkan tingkat kepadatan penduduk hasil sensus 2010. Legenda:
< 2.000
2.000 - 3.999
4.000 - 8.999
9.000 - 10.999
≥ 11.000
Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat adalah sebanyak
43.053.732 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan
sebanyak 28.282.915 jiwa (65,69 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak
14.770.817 jiwa (34,31 persen). Persentase distribusi penduduk menurut
kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 0,41 persen di Kota Banjar hingga yang tertinggi sebesar 11,08
persen di Kabupaten Bogor.
Penduduk laki-laki Provinsi Jawa Barat sebanyak
21.907.040 jiwa dan perempuan sebanyak 21.146.692 jiwa. Seks Rasio adalah 104,
berarti terdapat 104 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Seks rasio menurut kabupaten/kota yang terendah adalah Kabupaten Ciamis sebesar 98 dan tertinggi adalah Kabupaten Cianjur sebesar
107. Seks Rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar 106, kelompok umur 5-9 sebesar
106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 97 sampai
dengan 113, dan dan kelompok umur 65-69 sebesar 96.
Median umur penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2010
adalah 26,86 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Jawa Barat
termasuk kategori menengah. Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda
bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan
penduduk tua jika median umur > 30 tahun.
Rasio
ketergantungan penduduk Provinsi Jawa Barat adalah
51,20. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64
tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang
menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk suatu wilayah. Rasio
ketergantungan di daerah perkotaan adalah 48,84 sementara di daerah perdesaan
55,92.
Piramida penduduk Provinsi Jawa
Barat berdasarkan hasil sensus 2010. Legenda:
Laki-laki Perempuan
Manufaktur
Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat konsentrasi yang
tinggi untuk manufaktur termasuk diantaranya elektronik, industri kulit,
pengolahan makanan, tekstil, furnitur dan industri pesawat. Juga panas bumi,
minyak dan gas, serta industri petrokimia menjadi andalan Jawa Barat.
Penyumbang terbesar terhadap GRDP Jawa Barat adalah sektor manufaktur (36,72%),
hotel, perdagangan dan pertanian (14,45%), totalnya sebesar 51,17%. Terlepas
dari adanya krisis, Jawa Barat masih menjadi pusat dari industri tekstil modern
dan garmen nasional, berbeda dengan daerah lain yang menjadi pusat dari
industri tekstil tradisional. Jawa Barat menymbangkan hampir seperempat dari
nilai total hasil produksi Indonesia di sektor non Migas. Ekspor utama tekstil,
sekitar 55,45% dari total ekspor jawa Barat, yang lainnya adalah besi baja,
alas kaki, furnitur, rotan, elektronika, komponen pesawat dan lainnya.
Pertanian: Lahan dan perairan
Dikenal sebagai salah satu 'lumbung padi' nasional,
hampir 23 persen dari total luas 29,3 ribu kilometer persegi dialokasikan untuk
produksi beras. Tidak dipungkiri lagi, Jawa Barat merupakan 'Rumah Produksi'
bagi ekonomi Indonesia, hasil pertanian Provinsi Jawa Barat menyumbangkan 15
persen dari nilai total pertanian Indonesia.Hasil tanaman pangan Jawa Barat
meliputi beras, kentang manis, jagung, buah-buahan dan sayuran, disamping itu
juga terdapat komoditi seperti teh, kelapa, minyak sawit, karet alam, gula,
coklat dan kopi. Perternakannya menghasilkan 120.000 ekor sapi ternak, 34% dari
total nasional.
Kelautan dan perikanan
Jawa Barat berhadapan dengan dua sisi lautan Jawa pada
bagian utara dan samudera Hindia di bagian selatan dengan panjang pantai
sekitar 1000 km. Berdasarkan letak inilah Provinsi Jawa Barat memiliki potensi
perikanan yang sangat besar. Suatu perencanaan terpadu tengah dilaksanakan untuk
pengembangan Pelabuhan Cirebon, baik sebagai pelabuhan Pembantu Tanjung Priok
Jakarta, maupun sebagai pelabuhan perikanan Jawa Barat yang dilengkapi dengan
industri perikanan.Untuk potensi perairan darat, tidak hanya dari sejumlah
sungai yang mengalir di Jawa Barat, Tetapi potensi ini juga diperoleh dari
penampungan air / DAM saguling di Cirata dan DAM Jatiluhur yang selain
menghasilkan tenaga listrik juga berguna untuk mengairi area pertanian dan
industri perikanan air tawar.
Jumlah penduduk dan tenaga kerja
Dengan jumlah penduduk sekitar 37 juta manusia pada
tahun 2003, 16 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Pertumbuhan
urbanisasi di Provinsi tumbuh sangat cepat, khususnya disekitar JABODETABEK
(sekitar Jakarta). Jawa Barat memiliki tenaga pekerja berpendididkan berjumlah
15,7 juta orang pada tahun 2001 atau 18 persen dari total nasional tenaga
pekerja berpendidikan. Sebagian besar bekerja pada bidang pertanian, kehutanan
dan perikanan (31%), pada industri manufaktur (17%), perdagangan, hotel dan restoran
(22,5%) dan sektor pelayanan (29%).
Minyak-Mineral dan geothermal
Minyak dapat ditemukan di sepanjang Laut Jawa, utara
Jawa Barat, sementara cadangan geothermal (panas bumi) terdapat di beberapa
derah di Jawa Barat. Tambang lain sepert Batu gamping, andesit, marmer, tanah
liat merupakan pertambangan mineral yang dapat ditemukan, termasuk mineral lain
yang cadangan depositnya sangat potensial, Emas yang dikelola PT. Aneka
Tambang, potensinya sebesar 5,5 million ton, dan menghasilkan 12,1 gram emas per
ton.
Pemerintahan
- Kota Bekasi, dimekarkan dari Kabupaten Bekasi pada tahun 1996
- Kota Depok, dimekarkan dari Kabupaten Bogor pada tahun 1999
- Kota Cimahi, dimekarkan dari Kabupaten Bandung pada tahun 2001
- Kota Tasikmalaya, dimekarkan dari Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2001
- Kota Banjar, dimekarkan dari Kabupaten Ciamis pada tahun 2002
- Kabupaten Bandung Barat, dimekarkan dari Kabupaten Bandung tahun 2007
- Kabupaten Pangandaran, dimekarkan dari Kabupaten Ciamis tahun 2012
Kesenian
Jenis Kesenian Tradisional di
Jawa Barat
1. Angklung
Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari
bambukhusus yangditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika
awalpenggunaannyaangklung masih sebatas kepentingan kesenian local atau
tradisional.
1.
Degung
Sebuah kesenian sunda yang biasanya
dimainkan pada acarahajatan. Kesenian degung ini
digunakan sebagai musik pengiring/pengantar.Degung ini merupakan gabungan dari
peralatan musik khas Jawa Baratyaitu,Gendang, Goong, Kempul, Saron, Bonang,
Kacapi, Suling, Rebab, dansebagainya. Degung merupakan salah-satu kesenian yang
paling populer di JawaBarat, karena iringan musik degung ini selalu digunakan
dalam setiap acara hajatanyang masih menganut adat tradisional, selain itu
musik degung juga digunakansebagai musik pengiring hampir pada setiap
pertunjukan seni tradisional Jawa Baratlainnya. Selain seni tari, tanah Sunda
juga terkenal dengan seni suaranya
1.
Kuda renggong
Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran
yangterdapat di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara
penyajiannyayaitu, seekor kuda atau lebih di hias warna-warni, budak sunat
dinaikkan ke ataspunggung kuda tersebut, Budak sunat tersebut dihias seperti
seorang Raja atauSatria, bisa pula meniru pakaian para Dalem Baheula, memakai
Bendo, takwa danpakai kain serta selop
1. Tanah Sunda
(Priangan)jaipong
Dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik,Jaipongan adalah
salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaiponganatau Tari
Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah modern karenamerupakan
modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaituKetuk
Tilu.Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas
pula,yaituDegung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti
Kendang,Go’ong, Saron, Kacapi, dsb. Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’ dalam
musikEropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang
menghentak,dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama
mengiringi tarian.
1. Tari Topeng
Adalah
tarian suku sunda yang dibawakan oleh sekelompok orangpenari pria atau wanita,
yang menggunakan topeng khas suku sunda , dan biasanyatarian ini untuk
menyambut tamu-tamu yang ingin berkunjung datang , dan sebagai pementasan pada
saat acara-acara tertentu .Seperti perkawinan, khitanan,dan sebagainya
1. Wayang Golek
Wayang Golek merupakan kesenian
tradisional dari Jawa Barat, yaitu pementasan sandiwara boneka yang terbuat
dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang
disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara
manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musikDegung
lengkap denganSinden nya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan,
pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada
malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga
pukul 04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara
kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak
diilhami oleh budaya Hindu dari India, sepertiRamayana atau Perang Baratayudha.
Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India. Dalam Wayang
Golek, ada ‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang
dinamakan Purnakawan, seperti Dawala danCepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena
mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan
sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan
tokoh tersebut dengan variasi yang lucu dan menarik.
PROVINSI BALI
Geografi
Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan
Sunda Kecil
sepanjang 153 km dan selebar 112 km sekitar
3,2 km dari Pulau
Jawa. Secara
astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang
Selatan dan 115°14′55″ Bujur
Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain.
Gunung Agung adalah titik tertinggi di Bali
setinggi 3.148 m. Gunung berapi ini terakhir meletus pada Maret 1963. Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada
di Bali. Sekitar 30.000 tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan
bencana yang dahsyat di bumi. Berbeda dengan di bagian
utara, bagian selatan Bali adalah dataran rendah yang dialiri sungai-sungai.
Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau
Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara
pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung
Agung serta gunung yang tidak berapi, yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan
Gunung Seraya. Adanya pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara
Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara
dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai dan Bali Selatan dengan
dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari
lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339
ha, lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha dan lahan sangat curam (>40%)
seluas 132.189 ha. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi
di daerah pegunungan, yaitu Danau Beratan atau Bedugul, Buyan, Tamblingan, dan Batur. Alam Bali yang indah menjadikan pulau Bali terkenal
sebagai daerah wisata.
Ibu kota Bali adalah Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya
adalah Ubud sebagai pusat kesenian dan peristirahatan, terletak di Kabupaten Gianyar. Nusa Lembongan adalah sebagai salah satu
tempat menyelam (diving), terletak di Kabupaten
Klungkung.
Sedangkan Kuta, Seminyak, Jimbaran dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang
menjadi tujuan utama pariwisata, baik wisata pantai maupun
tempat peristirahatan, spa, dan lain-lain, terletak di Kabupaten Badung.
Luas
wilayah Provinsi Bali adalah 5.636,66 km2 atau 0,29% luas
wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Secara administratif Provinsi Bali terbagi atas 8 kabupaten, 1 kotamadya, 55
kecamatan, dan 701 desa/kelurahan.
Sejarah
Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia. Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut
ditemukan di desa Cekik yang terletak di bagian barat pulau. Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan
datangnya ajaran Hindu dan tulisan Bahasa Sanskerta dari India pada 100 SM. Kebudayaan Bali kemudian
mendapat pengaruh kuat kebudayaan India yang prosesnya semakin cepat setelah
abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti, di
antaranya Prasasti
Blanjong yang
dikeluarkan oleh Sri
Kesari Warmadewa
pada 913 M dan menyebutkan kata Walidwipa. Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi subak untuk penanaman padi mulai
dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya juga mulai berkembang pada
masa itu. Kerajaan Majapahit (1293–1500 AD) yang beragama Hindu dan
berpusat di pulau Jawa, pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar
tahun 1343 M. Saat itu hampir seluruh nusantara beragama Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yang
antara lain menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta, artis
dan masyarakat Hindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa ke Bali.
Orang Eropa yang pertama kali menemukan
Bali ialah Cornelis
de Houtman dari
Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis sebelumnya pernah terdampar
dekat tanjung Bukit, Jimbaran, pada 1585. Belanda lewat VOC pun mulai melaksanakan penjajahannya di tanah Bali, akan tetapi
terus mendapat perlawanan sehingga sampai akhir kekuasaannya posisi mereka di
Bali tidaklah sekokoh posisi mereka di Jawa atau Maluku. Bermula dari wilayah
utara Bali, semenjak 1840-an kehadiran Belanda telah
menjadi permanen yang awalnya dilakukan dengan mengadu-domba berbagai penguasa
Bali yang saling tidak mempercayai satu sama lain. Belanda melakukan serangan
besar lewat laut dan darat terhadap daerah Sanur dan disusul dengan daerah
Denpasar. Pihak Bali yang kalah dalam jumlah maupun persenjataan tidak ingin
mengalami malu karena menyerah, sehingga menyebabkan terjadinya perang sampai
titk darah penghabisan atau perang puputan yang melibatkan seluruh rakyat
baik pria maupun wanita termasuk rajanya. Diperkirakan sebanyak 4.000
orang tewas dalam peristiwa tersebut, meskipun Belanda telah memerintahkan
mereka untuk menyerah. Selanjutnya, para gubernur Belanda yang memerintah hanya
sedikit saja memberikan pengaruhnya di pulau ini, sehingga pengendalian lokal
terhadap agama dan budaya umumnya tidak berubah.
Jepang menduduki Bali selama Perang Dunia II dan saat itu seorang perwira
militer bernama I
Gusti Ngurah Rai
membentuk pasukan Bali 'pejuang kemerdekaan'. Menyusul menyerahnya Jepang di
Pasifik pada bulan Agustus 1945, Belanda segera kembali ke Indonesia (termasuk Bali)
untuk menegakkan kembali pemerintahan kolonialnya layaknya keadaan sebelum
perang. Hal ini ditentang oleh pasukan perlawanan Bali yang saat itu
menggunakan senjata Jepang.
Pada 20 November 1945, pecahlah pertempuran Puputan Margarana yang terjadi di desa Marga, Kabupaten Tabanan, Bali tengah. Kolonel I Gusti
Ngurah Rai yang berusia 29 tahun, memimpin tentaranya dari wilayah timur Bali
untuk melakukan serangan sampai mati pada pasukan Belanda yang bersenjata
lengkap. Seluruh anggota batalion Bali tersebut tewas semuanya dan
menjadikannya sebagai perlawanan militer Bali yang terakhir.
Pada tahun 1946 Belanda menjadikan Bali sebagai salah
satu dari 13 wilayah bagian dari Negara
Indonesia Timur
yang baru diproklamasikan, yaitu sebagai salah satu negara saingan bagi Republik Indonesia yang diproklamasikan dan
dikepalai oleh Sukarno dan Hatta. Bali kemudian juga dimasukkan
ke dalam Republik Indonesia Serikat ketika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 29
Desember 1949. Tahun 1950, secara resmi Bali meninggalkan perserikatannya dengan
Belanda dan secara hukum menjadi sebuah propinsi dari Republik Indonesia.
Letusan Gunung Agung yang terjadi pada tahun 1963, sempat mengguncangkan perekonomian rakyat dan
menyebabkan banyak penduduk Bali bertransmigrasi ke berbagai wilayah lain di Indonesia.
Tahun 1965, seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S terhadap pemerintah nasional di
Jakarta, di Bali dan banyak daerah lainnya terjadilah penumpasan terhadap
anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia. Di Bali, diperkirakan lebih dari 100.000 orang
terbunuh atau hilang. Meskipun demikian, kejadian-kejadian pada masa awal Orde Baru tersebut sampai dengan saat ini
belum berhasil diungkapkan secara hukum.[6]
Serangan teroris telah terjadi pada 12 Oktober 2002, berupa serangan Bom Bali 2002 di kawasan pariwisata Pantai Kuta, menyebabkan sebanyak 202 orang
tewas dan 209 orang lainnya cedera. Serangan Bom Bali 2005 juga terjadi tiga tahun
kemudian di Kuta dan pantai Jimbaran. Kejadian-kejadian tersebut mendapat
liputan internasional yang luas karena sebagian besar korbannya adalah
wisatawan asing dan menyebabkan industri pariwisata Bali menghadapi tantangan
berat beberapa tahun terakhir ini.
Demografi
Penduduk Bali kira-kira sejumlah 4 juta jiwa lebih,
dengan mayoritas 84,5% menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Buddha (0,5%), Islam (13,3%), Protestan dan Katolik (1,7%). Agama Islam adalah agama minoritas terbesar di Bali dengan penganut
kini mencapai 13,3% berdasarkan sensus terbaru pada Januari 2014.
Selain dari sektor pariwisata, penduduk Bali juga hidup
dari pertanian dan perikanan, yang paling dikenal dunia dari pertanian di Bali
ialah sistem Subak. Sebagian juga memilih menjadi seniman. Bahasa yang digunakan di Bali adalah bahasa Indonesia, Bali dan Inggris khususnya bagi yang bekerja di
sektor pariwisata.
Bahasa Bali dan bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling luas pemakaiannya di Bali dan sebagaimana
penduduk Indonesia lainnya, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual.
Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya masyarakat Bali
menggunakan sebentuk bahasa Bali pergaulan sebagai pilihan dalam berkomunikasi.
Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek bahasa Bali ditentukan berdasarkan
sistem catur
warna dalam agama
Hindu Dharma
dan keanggotan klan (istilah Bali: soroh, gotra); meskipun
pelaksanaan tradisi tersebut cenderung berkurang. Di beberapa tempat di Bali,
ditemukan sejumlah pemakai bahasa Jawa.
Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga (dan
bahasa asing utama) bagi banyak masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan
yang besar dari industri
pariwisata.
Para karyawan yang bekerja pada pusat-pusat informasi wisatawan di Bali, sering
kali juga memahami beberapa bahasa asing dengan kompetensi yang cukup memadai. Bahasa Jepang juga menjadi prioritas
pendidikan di Bali.
Ekonomi
Tiga dekade lalu, perekonomian Bali sebagian besar
mengandalkan dan berbasis pada pertanian baik dari segi output dan kesempatan
kerja. Sekarang, industri pariwisata menjadi objek pendapatan terbesar bagi
Bali. Hasilnya, Bali menjadi salah satu daerah terkaya di Indonesia. Pada tahun
2003, sekitar 80% perekonomian Bali bergantung pada industri pariwisata. Pada
akhir Juni 2011, non-performing loan dari semua bank di Bali adalah 2,23%,
lebih rendah dari rata-rata non-performing loan industri perbankan Indonesia
(sekitar 5%). Ekonomi, bagaimanapun menderita secara signifikan sebagai akibat
dari Bom
Bali 2002 dan Bom Bali 2005. Industri pariwisata sendiri
telah pulih dari akibat peristiwa ini.
Pariwisata
Bali adalah primadona pariwisata Indonesia yang sudah
terkenal di seluruh dunia. Selain terkenal dengan keindahan alamnya, terutama
pantainya, Bali juga terkenal dengan kesenian dan budayanya yang unik dan
menarik. Bali sebagai tempat tujuan wisata yang lengkap dan terpadu memiliki
banyak sekali tempat wisata menarik, apa saja tempat wisata di Bali yang wajib
dikunjungi. beberapa tempat itu antara lain : Pantai Kuta, Pura Tanah Lot,
Pantai Padang - Padang, Danau Beratan Bedugul, Garuda Wisnu Kencana (GWK),
Pantai Lovina dengan Lumba Lumbanya, Pura Besakih, Uluwatu, Ubud, Munduk,
Kintamani, Amed, Tulamben, Pulau Menjangan dan masih banyak yang lainnya.
Pemerintahan
Daftar
kabupaten dan kota di bali
No.
|
Kabupaten/Kota
|
Ibu kota
|
Bupati/Walikota
|
1
|
Mangupura
|
||
2
|
Bangli
|
||
3
|
Singaraja
|
||
4
|
Gianyar
|
||
5
|
Negara
|
||
6
|
Amlapura
|
||
7
|
Semarapura
|
||
8
|
Tabanan
|
||
9
|
Denpasar
|
Fauna
TNBB seringkali identik sebagai taman nasional yang dibentuk untuk memberikan perlindungan bagi kelangsungan / keberadaan Jalak Bali (Leucopsar rothchildi). Namun secara umum dapat dikatakan kawasan TNBB kaya akan potensi fauna. Berdasarkan jenisnya, fauna yang terdapat di TNBB antara lain terdiri dari 7 jenis mamalia, 2 jenis reftilia, 105 jenis aves, 120 jenis ikan, dan lain-lain.
TNBB seringkali identik sebagai taman nasional yang dibentuk untuk memberikan perlindungan bagi kelangsungan / keberadaan Jalak Bali (Leucopsar rothchildi). Namun secara umum dapat dikatakan kawasan TNBB kaya akan potensi fauna. Berdasarkan jenisnya, fauna yang terdapat di TNBB antara lain terdiri dari 7 jenis mamalia, 2 jenis reftilia, 105 jenis aves, 120 jenis ikan, dan lain-lain.
Jenis-jenis
fauna yang dilindungi yang terdapat di TNBB antara lain :
No
|
Nama
|
Nama Ilmiah
|
Status
|
1
|
Jalak Bali
|
Leucopsar rothschildi
|
langka; dilindungi
|
2
|
Trenggiling, Kesih (Bali)
|
Manis javanicus
|
Langka; dilindungi
katagori II (CITES)
|
3
|
Jelarang, Kapan-kapan
(Bali)
|
Ratufa bicolor
|
Langka; dilindungi
katagori II (CITES)
|
4
|
Landak
|
Hystric branchyura
|
Langka
|
5
|
Kueuk
|
Felis marmorata
|
langka; dilindungi
populasi menurun
|
6
|
Menjangan
|
Cervus timorensis
|
Dilindungi; katagori
II (CITES)
|
7
|
Banteng
|
Bos javanicus
|
langka; menuju
kepunahan katagori III vulnerable
|
8
|
Pelanduk, Kancil
(Bali)
|
Trangulus javanicus
|
langka; dilindungi
populasi menurun
|
9
|
Biawak
|
Varanus salvator
|
langka;
|
10
|
Penyu rider
|
Lepidochelys olivceae
|
langka; dilindungi
|
Vegetasi
Berdasarkan ketinggian tempat maka kawasan TNBB dibagi dalam 2 ekosistem yakni Tipe Ekosistem Darat yang meliputi : Ekosistem Hutan Mangrove, Ekosistem Hutan Pantai, Ekosistem Hutan Pantai, Ekosistem Hutan Musim, Ekosistem Hutan Hujan Dataran Rendah, Ekosistem Evergreen, Ekosistem Savana, dan Ekosistem River Rain Forest. Sedangkan Tipe Ekosistem Laut meliputi Ekosistem Coral Reef, Ekosistem Padang Lamun, Ekosistem Pantai Berpasir, Ekosistem Perairan Laut Dangkal, Dan Ekosistem Perairan Laut Dalam.
Berdasarkan ketinggian tempat maka kawasan TNBB dibagi dalam 2 ekosistem yakni Tipe Ekosistem Darat yang meliputi : Ekosistem Hutan Mangrove, Ekosistem Hutan Pantai, Ekosistem Hutan Pantai, Ekosistem Hutan Musim, Ekosistem Hutan Hujan Dataran Rendah, Ekosistem Evergreen, Ekosistem Savana, dan Ekosistem River Rain Forest. Sedangkan Tipe Ekosistem Laut meliputi Ekosistem Coral Reef, Ekosistem Padang Lamun, Ekosistem Pantai Berpasir, Ekosistem Perairan Laut Dangkal, Dan Ekosistem Perairan Laut Dalam.
Jenis-jenis
flora yang dilindungi yang terdapat di TNBB antara lain:
No
|
Nama
|
Nama Ilmiah
|
Status
|
1
|
Bayur
|
Pterospermum
diversifolium
|
Tanaman langka (IUCN;
dilindungi SK Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972
|
2
|
Buni
|
Antidesma bunius
|
Tanaman langka
|
3
|
Bungur
|
Langerstroemia
speciosa
|
Tanaman langka (IUCN;
dilindungi SK Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972
|
4
|
Burahol
|
Steleochocarpus
burahol
|
Langka
|
5
|
Cendana
|
Santalum album
|
Tanaman langka (IUCN;
dilindungi SK Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972
|
6
|
Kemiri
|
Aleuritas moluccana
|
Tanaman langka (IUCN;
dilindungi SK Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972
|
7
|
Kepah, Kepuh (Bali)
|
Sterculia foetida
|
Tamanam langka IUCN
|
8
|
Kesambi
|
Schleichera oleosa
|
Tamanam langka IUCN
|
9
|
Kruing bunga
|
Diptercocaus Hasseltii
|
Tanaman langka BTNBB
|
10
|
Mundu
|
Garcinia dulcis
|
Tamanam langka IUCN
|
REFERENSI :